Sapaan Romo Deny (Sitkom Episode Pohon Ketela/Singkong)
/ May 26, 2020
Sebuah Situasi Komedi (Sitkom) dari warga pasturan Gereja St. Yoseph Medari. diperankan oleh :
- Pak Dar
- Mas Eri
- Waldi
- Mbak Retno
- dan Romo Deny
Edisi Sapaan Romo Deny merupakan cerita yang berbeda dari sapaan Romo Ari.
Romo Deny akan menyuguhkan sebuah situasi terkini yang dikemas secara spontan dan komedi bersama para warga pasturan.
Rangkuman cerita :
Romo deny ; aku mau bertanya dalam gereja ini ada siapa?
- Ada Tuhan.
- Ada kita (sesama)
- Ada dirimu sendiri
sekarang hukumnya orang katholik itu apa?
- Cinta pada Tuhan
- Cinta pada sesama
- Cinta pada diri sendiri
Ketela ini ada karena wabah corona, kita semua diharap untuk menanam tanaman, lha kenapa ketela menjadi perdebatan?
“Saya mau bicara dengarkan!!”
Ketela ini menjadi saksi
Dalam pandemi ini, kita dituntut untuk lebih mencintai Allah, bagaimana mencintai Tuhan di tengah wabah.
Ini penting,
Contohnya ; Pertama misa dulu setiap minggu bisa misa,sekarang tidak bisa, hanya melalui online-online ada yang tidak senang, ada yang tidak puas, ada juga yang protes, misa itu tanda hubungan manusia dengan Tuhannya, tapi di dalam batin setiap waktu manusia harus berhubungan dengan Tuhannya, hidup itu memang penuh dengan keterbatasan, tetapi hubungan dengan Tuhan itu tidak ada batasnya.
Yang kedua mencintai sesama, artinya di situasi wabah ini tidak melihat keterbatasan sesama, latar belakangnya apa, tetapi secara kemanusiaan harus tetap berhubungan / perjumpaan, nah pohon singkong ini menjadi tanda perjumpaaan dengan sesama, tanda persaudaraaan bukan malah jadi tanda permusuhan. Ini bentuk cinta kepada sesama di tengah wabah corona.
Yang ketiga mencintai pada diri sendiri di tengah wabah ini kita semua Work For Home, kita membuat Jarak fisik, nah wujud cinta pada diri sendiri dengan situasi ini, kita harus tetap produktif, maka pikiran kita harus merdeka,sehingga menjadi kreatif untuk berbuat sesuatu yang berguna sebagai wujud cinta Pada Tuhan dan sesama. Ini perwujudan hukum cinta kasih umat katolik di tengah covid. Kita semua diajak supaya justru tidak menambah batasan-batasan karena perselisihan, tetapi situasi yang penuh keterbatasan sekarang ini harus membuat kita menjadi merdeka, kalau hatinya merdeka, pikirannya merdeka maka bentuk cinta kita kepada tuhan sesama dan diri sendiri tetap bisa dijalankan meski kita hidup di tengah wabah covid.
Batang singkong ini bisa menjadi tanda cinta atau bisa jadi tanda perselisihan,harapannya menjadi tanda untuk menjalankan hukum cinta kasih.
“Mari belajar membuat tanda-tanda cinta dengan hati pikiran yang merdeka”
Video Oleh : Eko Ari Wibowo Bernardus Harventa
Editor : Gabra Mikael Arda
dalam naungan tim Komsos Gereja St. Yoseph Medari