KUNJUNGAN

/ August 30, 2023

Mgr. Robertus Rubiyatmoko, Pr saat Wawan Hati dengan Dewan Paroki dan Stasi serta Kawil Kaling di Gereja Stasi St. Thomas Seyegan didampingi Romo Ari dan Romo Deny

Mgr. Robertus Rubiyatmoko, Pr Ajak Umat Medari Aktif Ngopeni Gereja

Romo Uskup Keuskupan Agung Semarang (KAS) Mgr. Robertus Rubiyatmoko, Pr menghadiri pertemuan bersama Dewan Harian Paroki St Yoseph Medari dan Stasi Seyegan. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Gereja Stasi Seyegan, Sabtu, 8 Juli 2023. Romo Uskup rawuh untuk menyapa umat sekaligus memimpin Misa Penerimaan Sakramen Krisma di Gereja St Yoseph Medari pada Sabtu sore.

Pertemuan Dewan Harian Paroki St Yoseph Medari dimulai pada pukul 09.47 WIB yang diawali dengan doa pembuka dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Pertemuan yang dipandu oleh Ika diisi dengan presentasi dari perwakilan Dewan Harian St Yoseph Medari dan Stasi Seyegan beserta tim pembangunan Gereja Paroki St Yoseph Medari.

Presentasi terbagi menjadi 5 sesi ditambah 1 sesi berupa arahan Romo Uskup. Sesi pertama, Romo Paroki St Yoseph Medari Yohanes Ari Purnomo, Pr yang mewakili umat mengucapkan selamat datang dan terima kasih kepada Romo Uskup yang telah berkenan hadir. Di depan Romo Uskup, Romo Ari bercerita tentang kondisi Paroki St Yoseph Medari dan Stasi Seyegan termasuk wilayah Stasi Seyegan yang terdampak pembangunan jalan tol.

Selanjutnya, Seno selaku Wakil Ketua Dewan Harian Paroki St Yoseph Medari menceritakan perihal sejarah paroki, pembagian wilayah, batas paroki, serta statistik jumlah umat Paroki St Yoseph Medari dan Stasi Seyegan pada 2022 yang telah diperbarui. Seno juga memaparkan fokus kerja Dewan Harian Paroki St Yoseph Medari pada 2023 yang berakar pada Membangun Spiritualitas Tinggal dalam Yesus Kristus dengan Meneladan St. Yoseph.

Seno mengatakan, kebijakan Dewan Harian Paroki St Yoseph Medari mendapat kritik dan saran dari umat. “Kami terbuka untuk berdiskusi dengan umat supaya bisa menghasilkan keputusan terbaik, sekalipun itu harus mengubah kebijakan yang telah ditetapkan,” katanya. Seno menambahkan, bidang-bidang kerja dalam Dewan Harian Paroki St Yoseph Medari aktif mengajak umat untuk terlibat dalam kegiatan gereja.

Pada sesi ketiga, Lusia mewakili Dewan Harian Stasi Seyegan menjelaskan profil singkat Stasi Seyegan beserta jumlah umat saat ini. “Umat dengan mata pencarian sebagai petani dan memiliki banyak sawah akan dikembangkan dengan mengajak umat yang berusia 35 tahun ke bawah,” ujarnya.

Lusia juga menjelaskan tentang program kerja pastoral berdasarkan Arah Dasar (Ardas) KAS. Salah satunya mencanangkan Desa Margodadi sebagai Desa Pancasila.

Pada sesi keempat, tim pembangunan Gereja St Yoseph Medari yang diwakili oleh Heru, menceritakan lika-liku yang terjadi sejak tim dibentuk pada 2019. “Kami tidak bisa bergerak karena pandemi Covid-19 sehingga rencana pembangunan gereja menjadi mundur,” tuturnya. Tidak hanya itu, persoalan tanah juga menjadi kendala. “Awalnya tanah untuk pembangunan gereja belum milik PGPM namun sekarang sudah (menjadi milik PGPM).”

Heru juga membagikan cerita soal ijin pembangunan gereja dari umat dan warga sekitar hingga status Gereja Paroki St Yoseph Medari yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai Bangunan Cagar Budaya.

Berlanjut ke sesi kelima, Supri dari tim pembangunan Gereja Stasi Seyegan memaparkan tentang rencana tindak lanjut pembangunan serta membahas tentang kalurahan berkarakter Pancasila.

Di sesi terakhir, Romo Uskup menyampaikan apresiasi atas kondisi terkini umat di Gereja Paroki St Yoseph Medari dan Gereja Stasi Seyegan yang terus berjuang di tengah kondisi pandemi Covid-19. “Walau dihadapkan pada kondisi pandemi, umat terus bergerak, bahkan melakukan jemput bola untuk menyisir umat yang mungkin masih tercecer dan belum terdata,” katanya. Romo Uskup juga menyoroti tentang status Gereja Paroki St Yoseph Medari sebagai Bangunan Cagar Budaya hingga dampak pembangunan tol yang menghambat akses umat ke Stasi Seyegan.

Di tengah kondisi tersebut, Romo Uskup mengajak seluruh umat di Paroki St Yoseph Medari dan Stasi Seyegan untuk tetap terlibat aktif termasuk dalam kegiatan pembangunan gereja. “Dengan aktif terlibat, ada rasa memiliki. Umat ngopeni grejo,” kata Romo Uskup. (Oktafiana Hedwig W.)

Share this Post