Catatan Harian Pastoran, 26 Maret 2020
Pada hari Kamis, 26 Maret 2020, kami menjalani hari ke-7 untuk tinggal di rumah karena Covid 19. Di tengah situasi yang tidak pasti ini, kami berusaha menaati anjuran pemerintah dan keuskupan terkait dengan pencegahan penularan virus Covid 19. Tidak banyak hal yang kami lakukan. Pada hari Rabu, tanggal 25 Maret 2020, kami merayakan Hari Raya Kabar Sukacita. Perayaan itu dirayakan dalam situasi prihatin yang mendalam, apalagi kami mendengar bahwa Ibunda Bapak Presiden Joko Widodo berpulang. Kedukaan ini semakin membuat keprihatinan ini makin dalam. Namun meski hidup ini tidak pasti, kami berusaha untuk menjalaninya dengan penuh syukur.
Malam hari setelah merayakan Ekaristi, aku dan Rm. Deny mengajak Dewan Harian dan Ketua Wilayah, Ketua Lingkungan serta tim APP PSE dan Panitia Paskah untuk membentu Satuan Tugas Penanggulangan Dampak Covid 19 bagi umat. Mungkin baru itu yang bisa kami buat. Akhirnya kami membuat dua grup WA yang tujuannya adalah untuk membuat kebijakan praktis tentang tindak lanjut penanganan Covid 19. Satu lagi grup digunakan untuk koordinasi aksi yang bisa dilakukan oleh ketua-ketua wilayah dan ketua-ketua lingkungan untuk menjaga seluruh umat. Semua rapat kami laksanakan via online, yang tentu adalah hal baru bagiku.Jika ada miskonsepsi atau salah tangkap terhadap sebuah pemikiran, mohon dimaklumi.
Setelah grup terbentuk, kami lantas menyusun peraturan serta langkah-langkah konkret yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah pendataan umat oleh ketua lingkungan berikut kondisi serta situasi per KK. Akhirnya dilaporkan, bahwa ada umat terdampak, sebanyak 3 KK termasuk dalam status ODP (Orang Dalam Pantauan/Pengawasan). Sedih mendengarnya, namun data ini membuat kami mampu untuk menentukan langkah berikut untuk peduli terhadap mereka yang terdampak. Ketiga KK itu akhirnya diminta untuk meng-isolasi secara mandiri di rumah masing-masing selama kurang lebih 14 hari. Segala keperluan yang dibutuhkan oleh keluarga tersebut dilaporkan dan segera ditindaklanjuti oleh tim satgas.Aku berharap, semuanya akan berjalan baik, dan akan menghasilkan hal yang baik pula.
Hari Kamis, tanggal 26 Maret 2020, kami bertindak untuk melanjutkan koordinasi via dua grup tadi. Lalu pada saat itu juga, kami mulai mengupayakan pengadaan masker, vitamin c untuk mereka yang terdampak. Sudah diadakan barang-barang itu meski terbatas. Lalu kami juga melakukan penyemprotan di sekitar pastoran. Setelah itu, kami melanjutkan koordinasi tentang pengadaan masker dan tindak lanjut aksi Satgas. Di tengah perbincangan, aku mendapat kabar bahwa ada umat dari lingkungan yang meninggal. Umat ini tidak tinggal di wilayah paroki Medari tetapi di Jakarta. Situasi itu membuatku sedih, karena untuk menaati anjuran pemerintah dan keuskupan, aku dengan berat hati tidak bisa memimpin pemberkatan. Hal itu aku buat untuk mengantisipasi banyak hal, karena jenazah diantar dari Jakarta. Dan setelah aku jelaskan kepada keluarga, akhirnya mereka mengerti, meski tetap dengan sedih rasanya.
Sore hari, kami merayakan Ekaristi Harian. Ekaristi ini disiarkan secara online untuk umat Medari via instagramku. Memang sebenarnya kami tidak ingin meng-online-kan ekaristi harian, namun ketika ada umat yang menghendaki, semampunya kami membuatnya. Mungkin ini misa online pertama dari Paroki Medari yang dilaksanakan. Sungguh sedih rasanya. Semoga situasi ini segera berlalu dan semuanya baik-baik saja. Kami semua akan selalu berusaha untuk mematuhi anjuran pemerintah dan keuskupan demi keselamatan umat.Dan semoga, situasi ini justru semakin menguatkan iman kami akan Tuhan Yesus Kristus, yang telah membebaskan kita dari kuasa maut.
“Ya Yesus, jadikanlah hati kami seperti hati-Mu”